Jum'at, 29 Maret 2024  
Lingkungan / Penembak Jitu Disiagakan Dalam Perburuan Harimau Bonita
Penembak Jitu Disiagakan Dalam Perburuan Harimau Bonita

Lingkungan - - Jumat, 16/03/2018 - 10:43:54 WIB

PEKANBARU, situsroau.com - Keberadaan Harimau Sumatera, Bonita, membuat resah dan ketakutan masyarakat Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil). Balai Besar Konservasi Sumber Daya Manusia (BBKSDA) Riau bahkan telah meminta bantuan penembak jitu untuk memburu Bonita, meski hanya akan digunakan dalam kondisi darurat saja.

Kepala BBKSDA Riau, Suharyono mengatakan pihaknya tetap akan mengupakan harimau tersebut ditangkap dalam keadaan hidup. "Penembakan jitu dilakukan bila dalam kondisi darurat, untuk antisipasi bila terjadi hal darurat. Semoga saja jangan sampai terjadi," ujar, Suharyono.

Keberadaan harimau ini, menurut Suharyono sebenarnya sudah diamati BKSDA dan WWF sejak tahun 2017. Kegiatan observasi yang didukung oleh Polri dan pihak terkait, termasuk mengamati perilaku khusus hewan yang diduga menjadi tersangka dan dinamai Bonita.


Menurut dia, perilaku Bonita sudah menyimpang, berbeda dengan perilaku harimau pada umumnya. Sehingga penanganannya pun agak sedikit berbeda. Dan saat ini proses evakuasi sudah masuk pada tahap ketiga, di mana tahap pertama dengan box trap dan umpan.

Tahap kedua, kata Suharyono, ditambah dengan obat bius. Sementara tahap tiga, petugas dilengkapi dengan peluru tajam untuk melumpuhkan Bonita.

Sementara itu, Humas BBKSDA Riau, Dian Indriati, menjelaskan, saat ini sudah dibentuk dua posko siaga. Tim terpadu ditempatkan di dua posko tersebut mulai Kamis (15/3/18). "Tim akan bekerja hingga tujuh hari ke depan," kata Dian.

Dua posko siaga itu adalah Posko Kampung Danau dan posko Eboni. Pendirian posko ini untuk mengatasi teror harimau di Danau Dusun Simpang Kanan, Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran.

Tim terpadu beranggotakan Polri, TNI, pemerintah daerah, Balai Besat Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA), WWF, pihak perusahaan dan masyarakat.

Pembentukan tim terpadu dan posko siaga itu disepakati dalam pertemuan BBKSDA bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), pemerintah daerah, dan perusahaan di aula Kantor PT THIP di Kecamatan Pelangiran, Rabu sore (14/3/18).

Upaya ini bertujuan melakukan penangkapan dan evaluasi Harimau Sumatera ke pusat rehabilitasi. "Selain itu, tim berupaya melakukan penenangan terhadap jmasyarat yang berada di lokasi," kata Dian.

Sementara, menurut Kepala BBKSDA Riau, Kapolres Inhil, AKBP Christian Roni Putra SIK, menyebutkan, konflik harimau di Kecamatan Pelanggran mengakibatkan satu orang warga terluka dan dua orang meninggal dunia, yakni Jumiati dan Yusri Efendi.

Jumiati diterkam saat bekerja di perkebunan sawit di PT PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP) pada medio Januari 2018 lalu. Sementara Yusri diterkam usai bekerja membangun sarang burung walet di Simpang Kanan, Dusun Sinar Danau, Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelanggiran, Sabtu (10/3/18) lalu.

Pasca kejadian itu, masyarakat menjadi resah dan ketakutan untuk beraktivitas seperti biasanya. Dengan pembentukan posko, diharapkan masyarakat merasa lebih aman.

"Dengan pembentukan pos siaga masyarakat bisa kembali beraktivitas seperti biasanya. Harimau juga terselamatkan serta dievakuasi ke habitatnya," tutur Christian.

Disebutkannya, empat personel kepolisian diturunkan ke lokasi. Tiap posko siaga akan ditempatkan dua personel bersenjata laras panjang. "Tujuannya untuk jaga-jaga jika kondisi berbayasa, " kata Christian.  (sr5, hr)

Kami menerima tulisan mengenai informasi yang bernilai berita
Silahkan SMS ke 08117533365
atau Email: situsriau.redaksi@gmail.com
Lengkapi data diri secara lengkap.
----- Akses kami via mobile m.situsriau.com -----

 
Redaksi | Email | Galeri Foto | Pedoman Media Siber
Copyright 2012-2020 PT. SITUS RIAU INTIMEDIA, All Rights Reserved