Jum'at, 26 April 2024  
Ekeubis / Rupiah Diprediksi Terus Anjlok, Kini di Level Rp13.700 - Rp13.800 Per Dolar AS
Rupiah Diprediksi Terus Anjlok, Kini di Level Rp13.700 - Rp13.800 Per Dolar AS

Ekeubis - - Kamis, 15/03/2018 - 12:47:45 WIB

JAKARTA, situsriau.com - Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan hanya bersifat sementara. Pelemahan mata uang rupiah ini diprediksi akan terus terjadi menjelang pertemuan Federal Open Market Commitee (FOMC) pada 20-21 Maret mendatang.

"Rupiah masih bergerak di 13.700 -13.800 per dolar AS sampai akhir Maret. Ini karena investor masih berspekulasi soal hasil keputusan rapat Fed atau FOMC pada tanggal 20-21 Maret terkait rencana kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR)," ujar Ekonom Indef Bhima Yudhistira, Rabu (14/3/18).

Dia memprediksi dolar AS akan kembali menguat karena data- data ekonomi AS masih bervariatif. Sebab, berdasarkan data Ketenagakerjaan AS memperlihatkan, indeks harga konsumsi (CPI) AS berada di level 0,2 persen. Meskipun sesuai perkiraan pasar, angka tersebut di bawah pencapaian sebelumnya di level 0,5 persen.
 
Sementara itu, laju inflasi inti berada di level 1,8 persen secara tahunan (yoy) atau sesuai dengan perkiraan, dan sama dengan periode sebelumnya.

Data- data tersebut membuat kepercayaan pasar akan kenaikan suku bunga The Fed bisa naik maksimal tiga kali tahun ini. "Isyarat Trump lakukan reformasi pajak jilid 2 juga jadi sentimen positif investor untuk kembali ke AS," ujar Bhima.

Sementara itu apabila sinyal kenaikan FFR cukup besar pada FOMC Maret ini, diprediksi dana asing akan kembali keluar dari Indonesia. Saat ini tercatat dana asing yang keluar dari pasar surat utang mencapai Rp 5,2 triliun (ytd), sedangkan aliran modal keluar (foreign outflow) di pasar modal Rp15 triliun (ytd).

Di sisi lain, sentimen dari dalam negeri belum begitu besar. "Karena menjelang tahun politik banyak investor yang profit taking dan keluar sementara dari bursa," katanya.

Sementara itu Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengakui, nilai tukar rupiah akan terus menurun. Dia memperkirakan kondisi itu akan terjadi hingga 22 Maret 2018. Sebab, pada tanggal itu, anggota The Federal Open Market Committee (FOMC) akan melakukan pertemuan rutin.

"Kemungkinan besar mereka akan meningkatkan Fed Fund Rate di situ," kata Agus Marto setelah menghadiri konferensi pers di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa, 14 Maret 2018. Keputusan The Fed itulah yang kemudian mempengaruhi pergerakan kurs sejumlah mata uang, termasuk rupiah.

Agus Marto menyebutkan defisit dalam transaksi perdagangan Indonesia mengakibatkan nilai tukar rupiah mengalami tekanan berupa fluktuasi pada Februari-Maret 2018. Meski begitu, ia menuturkan fluktuasi yang saat ini terjadi masih dalam batas yang sehat.

Jika Fed Fund Rate benar-benar naik saat pertemuan FOMC nanti, ucap Agus Marto, Bank Indonesia belum tentu akan melakukan penyesuaian. BI akan memantau kondisi ekonomi dan dunia serta menjaga inflasi agar tetap stabil.

"Selama masih dalam batas fundamental nilai rupiah, kami biarkan fleksibel. Kalau sudah tidak fundamental, kami akan lakukan stabilisasi," ujar Agus Marto.

Sebelumnya, terkait dengan fluktuasi nilai tukar rupiah, Agus Marto mengatakan ada dua faktor utama. Salah satunya peraturan Presiden Amerika Donald J. Trump terkait dengan bea masuk baja dan aluminium.

Faktor kedua penyebab fluktuasi rupiah, tutur dia, adalah rencana The Fed meningkatkan suku bunga dolar Amerika lebih dari tiga kali. Agus menyebutkan puncak fluktuasi dapat dilihat pada 22 Maret mendatang saat anggota FOMC berkumpul membahas hal tersebut.(sr5, in)


Kami menerima tulisan mengenai informasi yang bernilai berita
Silahkan SMS ke 08117533365
atau Email: situsriau.redaksi@gmail.com
Lengkapi data diri secara lengkap.
----- Akses kami via mobile m.situsriau.com -----

 
Redaksi | Email | Galeri Foto | Pedoman Media Siber
Copyright 2012-2020 PT. SITUS RIAU INTIMEDIA, All Rights Reserved