Jum'at, 29 Maret 2024  
Ekeubis / Anggota Dewan Ini Tak Persoalkan Mahalnya Harga Tiket Pesawat, Terlebih Dibanding Tahun 1990-an
Anggota Dewan Ini Tak Persoalkan Mahalnya Harga Tiket Pesawat, Terlebih Dibanding Tahun 1990-an

Ekeubis - - Sabtu, 26/01/2019 - 21:08:24 WIB

PEKANBARU, situsriau.com - Ketua Komisi III DPRD Riau, Erizal Muluk tampak tidak terlalu mempersoalkan mahalnya harga tiket pesawat dan maskapai penerbangan yang menerapkan sistem bayar bagasi. Ia pun membandingkan dengan apa yang terjadi di tahun 1990 an.

"Saya melihat dengan kondisi ekonomi sekarang dengan beberapa tahun lalu -ini pendapat pribadi saya- bahwa harga tiket sebenarnya murah dibandingkan beberapa tahun lalu," kata Erizal Muluk, Jumat (25/01/19).

Sebagai contoh, di tahun 1990 an katanya, sebelum Lion Air (salah satu maskapai penerbangan yang tiketnya mahal) dan maskapai penerbangan lain ada, penerbangan menggunakan pesawat Garuda harga tiketnya tidak ada yang di bawah Rp1 juta.

"Hitung saja puluhan tahun berapa inflasi setahun. Nah mungkin karena Lion Air jor-joran turun, dirasakan oleh perusahaan itu bahwa percuma punya pesawat banyak rute, semuanya oke kalau akan merugi, misalnya," jelas politisi Golkar ini.

Untuk itu, ia mengembalikan sepenuhnya ke pemerintah. Jika pengusaha bisa mempersentasikan ke Kementerian Perhubungan bahwa dengan kondisi saat ini, biaya operasionalnya, maka pemerintah diyakininya akan bisa menerima.

"Contoh, saya pernah carter Bali Air, tiket pertama turun itu Bali Air tahun 90 an, 550 ribu dengan catatan hanya aqua dengan roti sepotong. Itu sudah puluhan tahun lalu, 550 ribu paling rendah. Baru mulai setelah itu, buka Sriwijaya dan lain, sekarang ada tiket 300, 400, apa yakin tu," jelasnya.

Anggota DPRD Riau Dapil Kota Pekanbaru ini pun mengatakan, ada dampak positif bagi masyarakat atau para pengusaha lain dengan mahalnya harga tiket pesawat.

"Kalau murah tiket pesawat, indikatornya yang kasihan apa, kapal dulu yang terkenal Tanjung Priok Teluk Bayur, Tanjung Priok ke Makassar, ke Medan, itu dulu kan full. Begitu tiket pesawat murah, kapal tidak ada isi, ditambah lagi armada bus yang dulu orang paling banyak Pekanbaru Jakarta, Pekanbaru Medan dengan tiket murah, pengusaha bus banyak yang kolep. Nah Itu kita serahkanlah kepada pemerintah yang lebih tinggi mengatur itu," terangnya, dikutip riauterkini.

Lebih lanjut ia menegaskan, apa yang dikatakannya bukan persoalan dukung atau tidak mendukung mahalnya harga tiket pesawat, tapi lebih kepada hitungan bisnis.

"Sebenarnya mendukung atau tidak, itu adalah hitungan bisnis yang harus diakui pemerintah, atau pemerintah menganggap itu terlalu tinggi, kembali kepada pemerintah dengan pengusaha. Saya bilang tadi, pengusaha kalau merugi terus apa bisa dia bertahan," ujarnya. 

Terakhir ia menganggap, persoalan mahalnya tiket pesawat tidak terlepas dari persaingan bisnis lokal dengan penerbangan asing. Contohnya, karena ingin mencari tiket murah, masyarakat Aceh yang ingin langsung ke Pulau Jawa, terpaksa melakukan transit penerbangan terlebih dahulu via Kuala Lumpur, Malaysia. (sr5, rt)




Kami menerima tulisan mengenai informasi yang bernilai berita
Silahkan SMS ke 08117533365
atau Email: situsriau.redaksi@gmail.com
Lengkapi data diri secara lengkap.
----- Akses kami via mobile m.situsriau.com -----

 
Redaksi | Email | Galeri Foto | Pedoman Media Siber
Copyright 2012-2020 PT. SITUS RIAU INTIMEDIA, All Rights Reserved