Kamis, 28 Maret 2024  
Ekeubis / Perang Dagang Kembali Memanas, Harga Minyak Amblas 5% Sepekan
Perang Dagang Kembali Memanas, Harga Minyak Amblas 5% Sepekan

Ekeubis - - Senin, 12/08/2019 - 09:52:56 WIB

JAKARTA, situsriau.com - Dalam sepekan, harga minyak mentah dunia masih mengalami tekanan akibat pelaku pasar khawatir akan terjadi perlambatan ekonomi secara global akibat eskalasi perang dagang AS-China. Minyak mentah jenis Brent yang menjadi acuan dalam negeri anjlok hingga 5,79% selama sepekan, dan light sweet terpangkas 2,67%.

Sebagaimana diketahui, pada hari Kamis (1/8/2019) Presiden Trump mengatakan akan mengenakan bea impor sebesar 10% pada produk asal China senilai US$ 300 miliar

"Perundingan dagang terus berlanjut, dan selagi berunding AS akan menerapkan tambahan kecil 10% bea masuk untuk impor produk China senilai US$ 300 miliar mulai 1 September. Ini tidak termasuk importasi senilai US$ 250 miliar yang sudah dikenakan bea masuk 25%," tulis Trump melalui Twitter.

China dan AS merupakan dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Kala hubungan dagang keduanya semakin terhambat, maka rantai pasokan global juga akan terkena imbasnya.

Berkaca pada eskalasi perang dagang yang terjadi pada bulan Mei, Bank Dunia (World Bank/WB) dan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) kompak sudah kompak menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dan 2020.

pada bulan Juni 2019, Bank Dunia menurunkan ramalan pertumbuhan ekonomi tahun 2019 sebesar 0,3 persen poin menjadi 2,6%. Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2020 dipangkas 0,1 persen poin menjadi 2,7%. Adapun IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dan 2020 sebesar 0,1 persen poin menjadi masing-masing sebesar 3,25 dan 3,5%.

Namun demikian, harga minyak mentah di pasar global pada hari Jumat melonjak seiring penurunan persediaan di Eropa dan ekspektasi pemangkasan produksi oleh organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC).

Di pasar spot, Jumat (9/8/19) Brent melesat 1,41% ke level US$ 58,30/barel. Sedangkan harga minyak jenis light sweet yang menjadi acuan negara di kawasan Amerika naik lebih tinggi sebesar 3,27% ke level US$ 54,17/barel.

Di sisi lain Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan bahwa pertumbuhan permintaan akan minyak berada pada titik terendah sejak krisis keuangan pada 2008.(sr5, dc)

Kami menerima tulisan mengenai informasi yang bernilai berita
Silahkan SMS ke 08117533365
atau Email: situsriau.redaksi@gmail.com
Lengkapi data diri secara lengkap.
----- Akses kami via mobile m.situsriau.com -----

 
Redaksi | Email | Galeri Foto | Pedoman Media Siber
Copyright 2012-2020 PT. SITUS RIAU INTIMEDIA, All Rights Reserved