Kamis, 25 April 2024  
Hukrim / Laporkan Kasus Perkosaan, Wanita Kolombia Malah Diperkosa Berhari-hari
Laporkan Kasus Perkosaan, Wanita Kolombia Malah Diperkosa Berhari-hari

Hukrim - - Sabtu, 20/08/2016 - 17:36:20 WIB

Situsriau.com-Seorang wanita Kolombia diculik, disiksa dan diperkosa kelompok militan bersenjata karena dia melaporkan ulah para pria itu yang kerap memperkosa wanita lainnya.

Kisahnya menggambarkan bagaimana kekuasaan masih ada di tangan pria bersenjata di Kolombia.

Maria, yang berprofesi sebagai dukun obat tradisional di Pusat Korban Konflik Bersenjata di ibu kota Kolombia, Bogota, baru pulih dari kasus berat yang dialami sehingga dia harus meninggalkan rumah.

Seperti satu dari 10 orang Kolombia lainnya, dia juga menjadi pengungsi di negaranya sendiri.

Perkosaan beramai-ramai mengguncang BrasilPejabat mundur karena foto bersama korban perkosaan

Hampir tujuh juta orang menjadi korban dan lebih dari 220.000 tewas sejak 1964 ketika kelompok Revolutionary Armed Forces of Colombia (FARC) berperang melawan pemerintah untuk meminta kesetaraan sosial dan kepemilikan tanah.

Walaupun FARC menyetujui gencatan senjata dan ada harapan mengakhiri pemberontakan, tapi kelompok bersenjata lainnya, termasuk paramiliter sayap kanan, masih meneror sejumlah wilayah di negara itu.

Diculik pria bersenjata

Di apartemen kecilnya di atas bengkel mobil, Maria menceritakan kisahnya.

Enam tahun lalu dia tinggal di Quibdo, di bagian barat Kolombia, salah satu daerah termiskin dengan sebagian besar penduduknya merupakan keturunan budak dari Afrika yang dibawa penjajah Spanyol.

Maria adalah pemimpin kelompok perempuan, AfroMuPaz, yang mendukung keluarga-keluarga korban konflik.

Dia juga berkampanye melawan perekrutan prajurit anak-anak yang dilakukan banyak kelompok bersenjata di wilayah itu, serta melaporkan mereka terkait kasus pelecehan seksual.

Pada Juli 2010, seorang pria datang untuk menemui Maria dan mengatakan dia ingin menyumbang pakaian-pakaian anak dan sepatu untuk AfroMuPaz. Dia menawari untuk mengantar Maria mengambil barang-barang itu.

"Jadi, saya masuk ke dalam truknya dan tak curiga apa-apa," kata Maria.

"Tapi, waktu (truknya) mulai berjalan keluar kota, saya merasa ada yang tidak beres dan bertanya di mana barang-barang sumbangannya. Seketika itu, seseorang menodongkan pistol pada saya dan menutup kepala saya dengan tudung," tambahnya.

Sidang kabinet darurat Brasil tangani perkosaan masalBakal calon presiden Filipina minta maaf terkait perkosaan

Maria dibawa ke hutan dan ketika para penyandera membuka tudung kepalanya, dia melihat dikelilingi pria bersenjata. Lalu, dengan ketakutan, dia melihat seorang tentara membawa keluar putrinya yang berusia 13 tahun dari sebuah gubuk.

Putri Maria, Camila, dibawa oleh seorang wanita anggota kelompok paramiliter, Los Rastrojos, dengan mobil yang mengatakan kalau dia akan membawa Camila menemui ibunya.

"Tapi, kami berdua disandera," ujar Maria.

Diperkosa sebagai hukuman

Secara resmi, prajurit kelompokl sayap kanan tersebut sudah tidak ada lagi. Mereka 'dihapuskan' 10 tahun lalu tapi masih banyak yang muncul atau berubah menjadi gerombolan penjahat.

Menjelang malam, Camila dibawa pergi dan Maria diikat di pohon dengan tiga pria penjaga. Maria berlumuran darah karena pukulan di kepalanya.

"Awalnya saya kira mereka akan membunuh saya," katanya.

"Lalu satu dari mereka memberitahu kalau mereka akan menghukum saya karena berbicara terlalu banyak. Mereka mulai memperlihatkan alat kelamin mereka dan saya sadar apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Saya berteriak 'Oke, lakukan apa saja yang kalian inginkan tapi mohon jangan sentuh anak saya. Jangan sentuh dia!" ucapnya.

Maria diperkosa berkali-kali oleh lima pria selama lima hari. Suatu saat, dia pingsan, dan saat sadarkan diri, sudah berada di rumah sakit Quibdo.

Dia ditemukan di pinggir jalan setelah putri tertuanya memberi tahu kehilangannya dan tim penyelamat mencarinya.

Adapun Camila, putri bungsunya sudah kembali ke rumah dengan menderita trauma walau kondisi fisiknya tak terluka.

"Mereka memberitahu Camila, jika dia menceritakan apa yang terjadi, maka mereka akan kembali dan membunuh saya. Jadi, dia berhenti berbicara. Dia hanya berkata 'ya' atau 'tidak' dan hampir setiap hari dia menangis," kata Maria.

Relokasi ke Bogota

Maria akhirnya pulih dan enam bulan sesudahnya dia melanjutkan pekerjaannya untuk AfroMupaz. Tapi, suatu pagi seorang anggota dari kelompok paramiliter yang sama datang ke rumahnya dan memberitahu dia punya 48 jam untuk meninggalkan kota.

"Saya tahu kalau saya harus pergi," kata Maria.

Maka dia pindah ke Bogota dan pihak berwenang memberinya rompi antipeluru, ponsel, serta anggaran bulanan untuk taksi karena diperingatkan agar tidak naik kendaraan umum. Beberapa bulan kemudian, ketiga anaknya ikut pindah.

Kelompok-kelompok bersenjata memang sering menjadikan orang-orang seperti Maria -yang menyuarakan perlawanan terhadap kelompok bersenjata- seperti dijelaskan Hector Fabio Henao, uskup Katolik yang memegang peran dalam proses perdamaian antara pemerintah Kolombia dan FARC.

Dalam satu periode selama empat minggu pada tahun ini, tercatat 13 pegiat HAM, pengkampanye lingkungan, dan para pemimpin suku dibunuh, tambah Henao.

Sementara tahun lalu, satu orang dibunuh setiap lima hari. Para pembunuh termasuk anggota kelompok paramiliter, gang bandit, dan ELN (Tentara Pembebasan Nasional) yang merupakan gerilyawan sayap kiri yang tidak setuju gencatan senjata.

"Orang-orang yang terlibat dalam penyelundupan narkoba dan penambangan emas ilegal, tidak mau jika orang-orang sekitar mencoba melestarikan lingkungan hidup. Mereka tidak mau orang-orang menyuarakan hak-hak penduduk asli atau melaporkan kekerasan seksual, jadi mereka mengontrol populasi dengan tentaranya sendiri," kata Henao.

Pemerintah dan FARC setuju membentuk pengadilan khusus untuk menginvestigasi dan menuntut pelanggaran HAM yang dilakukan selama masa konflik 50 tahun dan berjanji pelaku kekerasan seksual, termasuk pemerkosaan, tidak berhak diampuni.

Camila ingin menjadi politikus

Akhir bulan lalu, pemerintah membentuk komisi untuk isu-isu gender untuk memastikan kaum wanita yang menderita dapat diakui dan suara-suara mereka didengar.

"Kami menyadari konflik itu menunjukkan rasa tanpa belas kasihan terhadap kaum wanita, membawa ketakutan yang tak dapat terbayangkan," kata pimpinan dewan perundingan pemerintah Kolombia, Humberto de la Calle.

Namun, Maria tidak yakin apakah akan aman jika memberi kesaksian, karena dia dan korban-korban lainnya menjadi sasaran akibat melaporkan kasus pelecehan.

Camila -yang sebelumnya tidak mampu berbicara setelah diculik- saat ini sudah belajar hukum di universitas dan terlihat lebih optimistis tentang pengembalian tatanan hukum.

Dia ingin menjadi politikus, "Tapi politikus yang benar! Bukan tukang korupsi, yang membuat orang-orang biasa menjadi tambah miskin." (sr5, bc)

Kami menerima tulisan mengenai informasi yang bernilai berita
Silahkan SMS ke 08117533365
atau Email: situsriau.redaksi@gmail.com
Lengkapi data diri secara lengkap.
----- Akses kami via mobile m.situsriau.com -----

 
Redaksi | Email | Galeri Foto | Pedoman Media Siber
Copyright 2012-2020 PT. SITUS RIAU INTIMEDIA, All Rights Reserved