Jum'at, 29 Maret 2024  
Iptek / Rupanya! Gunung Tidak Diam, Pergerakannya Dijelaskan Alquran dan Sains
Rupanya! Gunung Tidak Diam, Pergerakannya Dijelaskan Alquran dan Sains

Iptek - - Sabtu, 04/11/2017 - 07:09:12 WIB

JAKARTA, situsriau. com - Semua benda yang ada di alam ini bertasbih kepada Allah. Bertasbih di sini pada umumnya dimaknai sebagai kepatuhan kepada sunnatullah (hukum-hukum Allah yang diciptakan di alam ini) atau dalam bahasa sains disebut dengan hukum alam.

Dalam buku Tafsir Ilmi 'Samudra dalam perspektif Alquran dan Sains' yang disusun oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menjelaskan bahwa gunung terus bergerak.

Gunung yang terus bergerak diibaratkan pergerakan awan. Allah berfirman mengenai hal ini dalam salah satu ayat Alquran.

"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan," Surah An-Naml Ayat 88.

Tafsir al-Muntakhab menjelaskan makna ayat di atas sebagai berikut. "Wahai Rasul, engkau melihat gunung-gunung itu tetap di tempatnya dan engkau mengira mereka diam, padahal yang terjadi sesungguhnya mereka bergerak cepat laksana gerakan awan".

Pergerakan-pergerakan Bumi, lempengan Bumi dan semua benda-benda di atasnya tentu menimbulkan berbagai perubahan, baik pergerakan cepat, sedang, maupun pergerakan lambat yang tidak disadari oleh manusia.

Perubahan dinamis itu yang menyebabkan terjebaknya endapan-endapan yang diperlukan manusia, seperti mineral, air tanah, energi fosil, dan sebagainya. Selain itu, perubahan juga dapat menimbulkan gempa, tsunami, hilangnya daratan dari pandangan mata, atau munculnya gunung-gunung baru seperti terjadi pada Anak Krakatau di Selat Sunda.

Selat Sunda, Selat Makassar dan Laut Banda merupakan beberapa contoh selat yang terbentuk akibat lempengan-lempengan yang bergerak. Selat Sunda merupakan selat yang memisahkan Jawa dan Sumatera.

Kedalaman selat ini rata-rata sekitar 100 meter, kecuali di Kompleks Krakatau yang lebih dari 200 meter dan di bagian paling barat yang mencapai lebih dari 1.600 meter. Bila kedalaman di Kompleks Krakatau berkaitan dengan kaldera tua Krakatau, maka kedalaman di bagian barat berkaitan dengan graben atau lembah yang memanjang utara-selatan.

Secara geologi selat ini merupakan salah satu kawasan yang paling aktif di Indonesia, antara lain ditandai oleh aktivitas seismik (gempa), gunung api, dan gerak-gerak vertikal kerak Bumi, baik penurunan maupun kenaikan daratan.(sr5, in)

Kami menerima tulisan mengenai informasi yang bernilai berita
Silahkan SMS ke 08117533365
atau Email: situsriau.redaksi@gmail.com
Lengkapi data diri secara lengkap.
----- Akses kami via mobile m.situsriau.com -----

 
Redaksi | Email | Galeri Foto | Pedoman Media Siber
Copyright 2012-2020 PT. SITUS RIAU INTIMEDIA, All Rights Reserved