Acara yang sarat makna ini dibuka dengan serangkaian kegiatan budaya dan atraksi tradisional, seperti Festival Ekonomi Kreatif, Bazar UMKM, dan pertunjukan Tatung yang digelar di sepanjang Jalan Klenteng hingga Jalan Perniagaan.
Dalam kesempatan tersebut, Gubri Abdul Wahid turut mengikuti arak-arakan budaya dari kediaman Bupati Rohil menuju Klenteng utama dengan menggunakan kendaraan hias (odong-odong), disambut antusias oleh masyarakat dan tokoh lintas etnis.
Gubernur Riau menyebut bahwa Bakar Tongkang bukan sekadar prosesi tahunan, melainkan bagian dari warisan budaya hidup yang memperkuat rasa kebersamaan, toleransi, dan persaudaraan di tengah keberagaman masyarakat Riau.
“Festival ini telah menjadi simbol kekuatan budaya yang menyatukan. Dari sebuah tradisi, kita belajar arti solidaritas, persatuan, dan kehormatan terhadap warisan leluhur,” ujar Abdul Wahid.
Ia juga menyoroti bahwa festival ini memiliki nilai yang jauh lebih dalam dibandingkan sekadar atraksi wisata. Menurutnya, budaya adalah bagian dari identitas dan harga diri daerah yang harus terus dilestarikan secara kolektif.
Gubernur berharap agar masyarakat dan pemerintah daerah terus menjaga tradisi ini agar tetap hidup dan berkembang, tidak hanya sebagai atraksi wisata, tetapi sebagai pengikat nilai-nilai luhur bangsa.
“Mari jadikan Festival Bakar Tongkang sebagai lambang persaudaraan lintas etnis, simbol persatuan dalam keberagaman, dan bukti bahwa dari Riau, harmoni itu nyata,” tutupnya.***