Anak Difabel Perlu Difasilitasi Bukan Dikasihani Rabu, 06 Agustus 2025 | 17:36
PEKANBARU, situsriau.com - Tawa riang anak-anak difabel intelektual menggema di ruang baca Perpustakaan Soeman HS, Pekanbaru, Rabu (6/8/2025) pagi. Mereka duduk berjejer rapi, mata berbinar mengikuti setiap alur cerita “Merpati dan Semut” yang dibawakan Ketua I TP PKK Riau, Adrias Hariyanto. Saat diminta menebak kelanjutan kisah atau memerankan tokoh, ruangan pun pecah oleh canda dan tepuk tangan.
Kegiatan bertajuk “Mendongeng dan Menghias Roti” ini digelar Special Olympics Indonesia (SOIna) Riau bekerja sama dengan TP PKK Riau dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Provinsi Riau. Acara tersebut menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Jadi SOIna ke-36, HUT ke-68 Provinsi Riau, dan HUT ke-80 Kemerdekaan RI.
Ketua Umum SOIna, Warsito Ellwein, yang hadir dalam kesempatan itu, menyampaikan pesan tegas: anak-anak difabel tidak memerlukan belas kasihan, tetapi membutuhkan fasilitas yang memadai untuk berkembang.
“Selama ini anak-anak kita sering diperlakukan tidak baik, sering dipinggirkan. Hari ini kita buktikan bahwa mereka mendapat ruang aman, nyaman, dan membahagiakan. Tidak ada bedanya antara anak difabel dengan yang lain. Jangan dikasihani, tapi fasilitasi,” ujar Warsito dalam sambutannya.
Ia menambahkan, stigma seperti “tidak mampu” atau “cacat” hanya akan mengecilkan rasa percaya diri anak-anak difabel. “Kalau terus dikasihani tanpa diberi fasilitas, mereka tidak akan maju. Tapi kalau diberi ruang yang inklusif seperti Perpustakaan Soeman HS ini, mereka bisa berkarya dan mengembangkan diri secara maksimal,” katanya.
Warsito menilai, keberadaan ruang publik yang ramah difabel seperti Perpustakaan Soeman HS memberi kesempatan bagi anak-anak difabel untuk menjadi subjek pembelajaran, bukan sekadar objek belas kasihan. “Kalau terus disalahkan dan dibatasi, anak-anak akan merasa kecil. Tapi kalau diberi kesempatan dan fasilitas, mereka akan menemukan kemampuannya,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua I TP PKK Riau yang juga Dewan Kehormatan SOIna Riau, Adrias Hariyanto, menyampaikan bahwa dongeng merupakan media efektif untuk mengajarkan nilai-nilai empati, saling tolong-menolong, dan balas budi kepada anak-anak, termasuk bagi mereka yang memiliki kebutuhan khusus.
“Kita harus membawa anak-anak ini ke ruang-ruang yang punya tujuan, seperti perpustakaan, supaya mereka bisa bersosialisasi dan belajar membaca dengan lancar seperti anak-anak pada umumnya,” kata Adrias. Ia juga mengajak orang tua untuk lebih memahami kebutuhan anak-anak difabel dan melibatkan mereka dalam kegiatan yang bermanfaat.
Kepala Dispersip Riau, Mimi Yuliani Nazir, menegaskan bahwa Perpustakaan Soeman HS telah berkomitmen menyediakan layanan inklusif untuk masyarakat rentan, termasuk anak-anak difabel. “Kami ingin mengakomodasi semua kalangan. Tidak ada alasan bagi anak-anak difabel untuk tidak datang ke perpustakaan,” ujarnya.
Fasilitas yang tersedia mencakup ruang khusus difabel, koleksi buku khusus, komputer dengan pembaca layar, buku braille, alat bantu dengar, toilet ramah difabel, hingga layar khusus untuk penyandang disabilitas penglihatan dan pendengaran. “Kami juga mendapat penghargaan dari Kementerian PANRB untuk pelayanan masyarakat rentan dan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagai Pusat Informasi Sahabat Anak,” kata Mimi.
Bagi Mimi, fasilitas tersebut adalah bukti nyata bahwa inklusi tidak cukup diwujudkan dengan niat baik semata. “Anak-anak ini tidak butuh dikasihani. Yang mereka perlukan adalah sarana untuk mengakses ilmu, ruang yang aman dan nyaman, serta dukungan untuk mengembangkan potensi diri,” ujarnya.
Kegiatan hari itu ditutup dengan sesi menghias roti yang membuat suasana semakin meriah. Anak-anak tampak gembira memoles krim dan menempelkan hiasan warna-warni di roti masing-masing. Di balik keceriaan itu, tersimpan pesan yang ingin dibawa pulang oleh semua pihak yang hadir: kesetaraan dimulai dari memberi ruang dan fasilitas yang layak bagi setiap anak, tanpa terkecuali.