PEKANBARU, situsriau.com - Tenaga pengajar di fakultas keperawatan Universitas Riau, Ari Pristiana Dewi, menyatakan hingga kini pihaknya belum mendengar adanya perlakuan negatif yang mendera perawat di Riau.

Wanita yang disapa Pristi itu menyebut, kampus sempat khawatir dengan perlakuan yang diterima perawat di Pulau Jawa. Namun, kini pihaknya merasa lega lantaran kasus semacam itu tidak terdengar di Riau.

"Kita kan juga dengar apa yang terjadi pada perawat di luar Riau, ada yang terusir dari kos-kosan, sampai-sampai pemakaman seorang perawat pun ditolak," ujarnya kepada Gatra.com, Senin (20/4/20).

Sebagai tenaga pengajar, Pristi mengaku tetap menjalin kontak dengan bekas anak didiknya. Melalui jaringan semacam itu dia dapat mengetahui kehidupan perawat ditempat penugasan, khususnya di Riau.

Seperti diketahui, pandemi virus corona atau COVID-19 yang menerpa sejumlah negara, membuat profesi tenaga medis menjadi kerap diperbicangkan. Hal ini dapat dimaklumi lantaran tugas mereka berada di garda terdepan dalam membendung penyebaran virus corona.
Hanya saja posisi tersebut selain dipandang mulia, juga dengan sendirinya membuat perawat rentan akan stigma negatif. Terlebih dengan semakin masifnya informasi penyebaran virus Corona.

Aku Pristi, terlepas tidak adanya kasus stigma yang menerpa perawat di Riau, pihak kampus sedang berkutat dengan persoalan lain yang tidak kalah krusial. Sambungnya, pandemi Corona telah membuat penyampaian materi ke anak didik menjadi kurang optimal.

"Kebijakan belajar dari rumah, cukup merepotkan bagi pembelajaran keperawatan. Misalnya, peragaan pemasangan infus kepada pasien. Akan jauh lebih optimal untuk dimengerti mahasiswa ketika mencobanya langsung ketimbang berupa memahami melalui video," ujarnya. (sr5, in)